Jumat, 15 September 2017

Cara menentukan induk lele yang baik

Kualitas induk lele sangat berpengaruh pada alur kegiatan budidaya. Induk lele yang baik idealnya berasal dari induk pokok (parent stock) yang merupakan keturunan pertama induk dasar (grand parent stock), sedangkan induk dasar sendiri merupakan keturunan dari induk penjenis (great grand parent stock). Semakin baik kualitas induk lele diharapkan akan didapatkan kualitas benih lele yang baik pula.

Pada kegiatan produksi, lele yang akan dipijah tidak boleh berasal dari satu keturunan. Lele harus memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan morfologi, fekunditas, daya tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan produksi induk melali proses seleksi yang ketat.

Lele jantan mulai memasuki masa produksi dalam usia 8-12 bulan dan lele betina baru memasukinya dalam usia 12-15 bulan. Lele jantan dewasa yang sudah siap untuk dipijahkan biasanya memiliki panjang minimal antara 40-45 cm, sedangkan lele betina dewasa dengan panjang 38-40 cm saja. Adapun bobot pertama pada fase siap pijah atau matang gonad ini lele jantan harus memiliki minimal bobot 500-750 gram, sedangkan lele betina harus memiliki minimal bobot 400-500 gram. Dalam kondisi yang ideal seperti ini biasanya lele betina dapat memiliki fekunditas atau jumlah telur ikan yang dikeluarkan persatuan bobot tubuh sebanyak 50.000-100.000 butir.

Faktor keturunan induk lele sangat berpengaruh pada benih yang dihasilkan. Dalam mengantisipasi hal ini dapat dilakukan dengan diantaranya melalui pengkawinan induk lele setempat dengan yang berasal dari luar daerah. Perkawinan silang induk lele ini dapat membantu mendapatkan strain lele yang lebih baik.

Frekuensi pemijahan, fekunditas dan derajat pembuahan merupakan tolak ukur dalam keberhasilan yang biasa digunakan pada kegiatan pembenihan lele. Frekuensi pemijahan harus diatur karena pemijahan yang terlalu sering melampaui batas normalnya akan berdampak negatif pada mutu benih yang dihasilkan. Frekuensi pemijahan berkaitan dengan kematangan gonad, sedangkan kematangan gonad berhubungan dengan fekunditas lele betina.

Fekunditas atau jumlah telur yang mampu dihasilkan oleh lele betina bervariasi pada spesies-spesies tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi selama masa pemeliharaan dan kondisi lingkungannya. Produktifitas telur yang rendah biasanya disebabkan oleh kurangnya perlakuan baik pada lele betina dalam proses pemijahan seperti pemilihan lele betina yang masih terlalu muda, kurangnya ketersediaan oksigen di media pemijahan, kualitas air yang buruk dan serangan para predator.

Potensi produksi telur komulatif dalam satu periode pemijahan salah satunya ditentukan oleh presentase induk lele yang matang gonad. Oleh karena itu nilai standar presentase induk lele matang gonad ini perlu diperhatikan sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam menentukan keberhasilan pemeliharaan induk. Sebagai contoh, fekunditas induk lele sebanyak 40.000/kg, bila beratnya mencapai 3 kg maka bisa mencapai produksi 120.000 butir telur. Sehingga dari 30 ekor induk lele betina akan diperoleh sebanyak 30 ekor x 75% (presentase kematangan gonad) x 3kg x 40.000 butir/kg = 2.700.000 butir telur.

Jumat, 08 September 2017

Pembenihan Lele (mengenal sifat alami ikan lele)

Pembenihan merupakan kegiatan tahap awal dalam budidaya ikan lele. Kegiatan pembenihan ini banyak diusahakan oleh masyarakat karena terbilang cukup mudah untuk dilakukan. Hal ini akan semakin mempermudah masyarakat yang berminat untuk membudidayakan lele dengan kemudahan mendapatkan bibit lele yang baik dan sehat dari lokasi-lokasi pembenihan.

Lele dumbo biasanya mulai berkembang biak pada awal musim penghujan. Dalam satu ekor indukan ikan lele dewasa pada umumnya dapat menghasilkan telur lebih dari 40.000 butir, namun tidak keselurahan telur tersebut mampu bertahan hidup hingga mencapai usia dewasa. Diperlukan lingkungan yang kondusif untuk menghasilkan bibit yang baik dengan kuantitas yang maksimal.

Lele dumbo berkembang biak berdasarkan reproduksi seksual, yaitu melalui penyatuan sel telur dari indukan betina dengan spermatozoa dari indukan jantan. Penyatuan tersebut terjadi di luar tubuh ikan lele, sehingga juga dapat disebut sebagai fertilisasi eksternal. Melalui penyatuan kedua macam sel tersebutlah kemudian dapat dihasilkan individu baru.

Berdasarkan pada cara perkembangbiakannya, lele dumbo termasuk hewan ovipar, yaitu hewan yang mengeluarkan telur pada saat pemuijahan. Hewan ovipar cenderung menghasilkan telur yang lebih banyak. Hal ini untuk mengimbangi tekanan kondisi alam yang kurang menguntungkan, terutama ancaman serangan dari para predator.

Pada proses bududaya pembenihan ikan lele biasanya digunakan media berupa serabut atau iduk dalam proses pemijahannya. Iduk ini oleh para petani pembenihan biasanya dipelipit mengunakan bambu untuk memudahakan penataannya. Proses awal pembenihan akan berhasil ketika di pagi hari banyak ditemukan telur lele yang menempel pada media iduk tersebut.

Pemijahan lele yang dilakukan oleh petani hampir sama dengan pemijahan yang dilakukan lele secara alami. Media pemijahan disediakan sedemikian rupa agar menyerupai kebiasaan lele dumbo yang memijah di alam bebas. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan berbagai kebiasaan yang dilakukan lele dumbo ketika hidup di alam bebas.

Dalam perairan yang bebas lele dumbo memijah pada awal musim penghujan, yaitu ketika volume air mulai meninggi. Induk lele yang telah matang kelamin dan matang gonad akan mencari lokasi yang cocok dan aman untuk melakukan pemijahan. Induk betina akan melepaskan telur-telurnya diikuti oleh induk jantan yang menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada tanaman atau bebatuan. Setelah 2-3 hari telur-telur tersebut akan menetas dan menjadi larva yang kemudian menjadi benih lele dumbo.

Pembenihan ini merupakan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan di Kanjeng Lele Management. Untuk belajar cara  pembenihan ikan lele lebih lanjut dan saling berbagi pengalaman dapat dilakukan dengan mengunjungi kolam kami. Kolam pembenihan kami berada di Dusun Bendo, Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Lamongan, Jawa Timur.

Senin, 28 Agustus 2017

Kanjeng Lele Management Profil

Kanjeng Lele Management (KLM) merupakan suatu bentuk usaha yang bergerak di bidang perikanan tawar. Usaha ini pada mulanya berjalan pada sektor pembenihan ikan dengan hasil produksi berupa bibit lele siap tebar. Produksi dalam sektor tersebut memang sengaja difokuskan oleh pihak management dalam melihat perkembangan dunia perikanan air tawar yang semakin berkembang terutama pada komoditas ikan lele.

KL Management berkantor di Dsn. Bendo, Ds. Mojorejo, Kec. Modo, Lamongan Jawatimur. Pusat kegiatan dan produksi di lakukan di wilayah ini tidak terlepas dari faktor sumber daya alam berupa kualitas air yang baik yang  cukup mendukung bagi dunia perikanan air tawar. Kantor tersebut merupakan rumah dengan kolam pembenihan insentif milik pendiri KL Management sebagai basis kegiatan produksi, administrasi dan pemasaran produk yang dihasilkan.

Selain berfokus pada kegiatan budidaya perikanan KL Management juga melakukan kegiatan usaha berupa penjualan berbagai kebutuhan dunia perikanan air tawar. Salah satu produk yang menjadi unggulan adalah tepung ikan yang merupakan salah satu sumber nutrisi bagi pertumbuhan ikan. Tepung ikan mampu menjadi sumber protein hewani bagi ikan ketika digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam pembuatan pelet.

Lele merupakan ikan yang lebih cenderung masuk ke dalam kategori hewan karnivora karena membutuhkan asupan protein yang cukup tinggi untuk mendapatkan pertumbuhan yang ideal. Kebutuhan protein bagi pertumbuhan lele yang ideal berkisar pada angka 30-35%, kebutuhan ini jauh lebih besar dari kebutuhan protein ikan lain seperti ikan nila yang berkisar pada angka 15-20% saja. Dengan terpenuhinya kebutuhan protein dalam menu pakan yang disediakan pada budidaya lele, diharapkan dapat diperoleh pertumbuhan dan perkembangan ikan yang optimal.

Ketersediaan pakan menjadi salah satu kebutuhan paling besar yang harus dikeluarkan dalam budidaya ini. Dengan fcr 1% dimungkinkan ikan budidaya akan membutuhkan pakan sebanyak 1 ton untuk menghasilkan produksi ikan 1 ton juga. Hal ini jelas bukan merupakan angka kebutuhan yang kecil apalagi ketika budidaya dilakukan dalam jumlah yang besar.

Penggunaan pakan pabrikan saja jelas akan menjadi salah satu hal yang sangat memberatkan bagi petani budidaya, apalagi dengan dengan mahalnya harga untuk mendapatkan pelet berkualitas bagus. Banyak orang akan berfikir berulang kali untuk terjun di dunia budidaya ini dengan melihat fakta di  lapangan berupa banyaknya kebutuhan pakan ikan dengan harga pelet yang begitu tinggi. Oleh sebab itu KL Management disamping melakukan kegiatan budidaya perikanan juga mencoba menghadirkan berbagai terobosan untuk memecahkan masalah tersebut.

Tepung ikan menjadi salah satu jawaban dalam mengatasi kebutuhan pakan dalam budidaya lele yang begitu besar. Melalui pengelolaan pakan secara mandiri dengan berdasarkan pada acuan kebutuhan nutrisi dalam budidaya lele diharapakan mampu menekan biaya produksi yang akan dikeluarkan. Maka dari itu KL Management selalu mencoba menjawab berbagai kebutuhan dalam dunia perikanan air tawar melalui kegiatan produksi bibit lele yang sehat dan berkualitas dan tepung ikan dengan kandungan protein 50% up untuk mendukung kesuksesan para pembudidaya dalam dunia perikanan.

Kanjeng Lele Management
Adalah unit usaha yang bergerak pada bidang perikanan air tawar.
Produk: Benih Lele dan Tepung Ikan
Alamat: Mojorejo, Modo, Lamongan, Jawa Timur
Contact:
085236067793
08563453218

Cara menentukan induk lele yang baik

Kualitas induk lele sangat berpengaruh pada alur kegiatan budidaya. Induk lele yang baik idealnya berasal dari induk pokok (parent stock) y...